Rabu, 18 September 2013

Pengembangan Materi Pembelajaran / bahan ajar dari Internet
Pengembangan Materi Pembelajaran dari Internet

Mengembangkan Materi Pembelajaran (Bahan Ajar) dari Internet

Blog Penelitian Tindakan kelas dan Model-Model Pembelajaran.Keberhasilan siswa dalam belajar merupakan tujuan dari setiap proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa dalam kaitan ini merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Titone (dalam Altman: 1981) menyebutkan bahwa motivasi, dan bakat serta waktu yang disediakan untuk belajar adalah faktor-faktor signifikan yang mengacu pada pembelajaran baik. Jadi mengingat begitu pentingknya motivasi belajar dan pencapaian belajar siswa, guru harus bekerja optimal untuk meningkatkannya.

Materi pembelajaran adalah salah satu bagian yang penting sebagai stimulus yang dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Materi pembelajaran yang baik dan menarik akan mampu menarik minat siswa. Kebalikannya, bila materi pembelajaran yang disajikan guru tidak sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, maka tentu saja siswa tidak akan memiliki motivasi yang cukup untuk mempelajarinya. Materi juga mempengaruhi isi, kualitas dan efisiensi program pembelajaran. Adalah hal yang penting sekali di mana guru dapat memilih, merancang dan menyajikan materi pembelajaran dengan baik.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menyajikan materi pembelajaran yang berkualitas adalah dengan memanfaatkan Internet dalam pembuatan bahan ajar. Kontribusi Internet terhadap pembelajaran antara lain adalah dalam membantu guru untuk mengakses materi, serta kontak dan sumber-sumber lain terkait profesionalisme guru. Internet merupakan sumber (resource) penyedia materi pembelajaran terbesar yang lebih cepat diakses, lebih mudah, dan acapkali lebih murah dibanding sumber-sumber lainnya. Melalui pemanfaatan Internet dalam menyiapkan bahan pembelajaran, berarti ada beberapa keuntungan yang dapat diraih sekaligus, yaitu:

Materi pembelajaran yang disajikan kemungkinan besar tidak akan terasa membosankan. Internet adalah media yang sangat populer di dalam keseharian siswa serta memiliki berbagai macam topik dan materi yang sesuai dengan minat, keinginan dan kebutuhan mereka. Hal ini tentu akan memotivasi mereka sehingga kegiatan belajar siswa akan menjadi lebih meningkat.

Dengan memanfaatkan Internet maka akan dapat mereduksi ketergantungan guru kepada buku teks dan LKS. Melalui Internet, guru dapat semakin terbuka akan ide-ide barumengenai berbagai variasi materi, topik dan kegiatan yang dapat diterapkannya saat menyajikan materi di kelas. Internet menjamin keaslian (authenticity) materi sehingga materi yang diberikan di kelas tidak berbeda dengan hal yang siswa jumpai di dalam keseharian mereka (kontekstual) dan sesuai dengan dunia nyata mereka.

Keuntungan Internet Sebagai Sumber Materi Pembelajaran

Beberapa keuntungan Internet sebagai sumber materi pembelajaran (Teeler & Gray, 2000) adalah:
  • Cakupan (scope)

Sebagai perpustakaaan virtual, Internet menawarkan beragam topik, dalam satu lokasi. Materi yang didesain khusus untuk pembelajaran bahasa Inggris pun semakin berlimpah. Selain itu, materi di Internet juga tak memiliki batas ukuran karena merupakan medium tanpa kertas (paperless medium).
  • Topik (topicality)

Walaupun ada materi yang sudah beberapa tahun beredar di Internet, banyak diantaranya diupdate secara teratur, baik bulanan, tahunan atau harian. Banyak pula materi yang hanya tersedia secara online.
  • Personalisasi.

Buku-buku teks terbatasi oleh jangkauan audience yang dituju. Topik yang ada bisa jadi tidak sesuai, atau terlalu sulit untuk siswa di tiap kelas dan sekolah. Dan Internet akan sangat membantu guru dalam mencari alternatif topik dan teks.

Walaupun demikian, keadaan di lapangan banyak menunjukkan hal yang masih belum menggembirakan karena sebagian guru tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup bahwa mereka mampu mengembangkan materi pembelajaran yang berkualitas.

Kriteria materi pembelajaran yang baik

Dalam mengembangkan materi pembelajaran yang berkualitas dari internet, guru perlu memperhatikan bagaimana kriteria bahan ajar yang baik. Menurut Tomlinson (1998:7-12) kriteria materi pemebelajaran yang baik adalah sebagai berikut:
  • materials should achieve impact
  • materials should help learners feel at ease
  • materials should help learners to develop confidence
  • what is being taught should be perceived by learners as relevant and useful
  • materials should require and facilitate learners’ self-investment
  • learners must be ready to acquire the points to be taught
  • materials should expose the learners to language in authentic use
  • The learners attention should be drawn to linguistic feature of the input
  • Materials should provide the learners with opportunities to use the target language to achieve communicative purpose
  • Materials should take into account that learners have different learning styles
  • Materials should take into account that learners differ in affective attitude
  • Materials should permit a silent period at the beginning of instruction
  • Materials should maximize learning potential by encouraging intellectual, aesthetic and emotional involvement both right and left brain activities.
  • Materials should not rely too much on controlled practice
  • Materials should provide opportunities for outcome feedback
Sedangkan menurut Hutchinson dan Waters (1987: 107) materi pembelajaran yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:
  • encourage learners to learn
  • provide a clear and coherent unit structure which will guide the teacher and learner through various activities to maximize chance of leraning.
  • made with good design and illustration
  • clear and systematic
  • try to create a balanced outlook, and
  • could introduce teachers to new teaching techniques.
 Validasi Instrumen Penelitian Pendidikan

Validasi Instrumen Penelitian Pendidikan

Validitas Instrumen dan Penelitian Kependidikan

Blog Penelitian Tindakan Kelas. Penggunaan instrumen-instrumen non tes seperti angket, lembar observasi (pedoman observasi), dan pedoman wawancara dalam kegiatan penelitian pendidikan kini banyak digunakan oleh mahasiswa jurusan kependidikan, guru, dosen, maupun praktisi pendidikan lainnya. Lebih-lebih apabila penelitian yang dilakukannya adalah penelitian yang bersifat kualitatif seperti penelitian deskriptif, survey, atau penelitian tindakan kelas.

Penelitian yang baik harus menggunakan instrumen yang baik valid. Dalam penyusunan instrumen yang baik perlu diperhatikan validitas instrumen yang dihasilkan. Karena itu dalam proses pengembangannya, validasi instrumen adalah suatu langkah kegiatan yang mesti diperhatikan peneliti sebelum menggunakan instrumen tersebut. Diharapkan apabila peneliti memahami secara mendalam tentang validasi instrumen non tes, maka diharapkan pada saat melakukan kegiatan penelitian bidang pendidikan, instrumen yang dipakai untuk menggali data benar-benar valid sehingga akan dapat pula diperoleh data yang ilmiah.

Instrumen Non Tes dalam Penelitian Pendidikan

Pada saatmelakukan penelitian di bidang pendidikan, peneliti biasanya akan menggunakan dua macam bentuk instrumen yaitu instrumen berbentuk tes dan non tes. Instrumen berbentuk tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Instrumen non tes digunakan untuk mengukur aspek lain seperti sikap. Instrumen non tes seringkali digunakan tanpa “menguji” objek/subjek penelitian tetapi digunaan dengan cara tertentu, tujuan utamanya biasanya adalah untuk mendapatkan beragam informasi terkait kondisi objek/subjek yang sedang diteliti. Pada saat melakukan penelitian di bidang kependidikan, instrumen non tes yang sering digunakan adalah lembar observasi (pedoman observasi), pedoman wawancara, dan kuesioner (angket).

Lembar Observasi

Lembar observasi (pedoman observasi) digunakan dalam penelitian dengan teknik pengamatan untuk mengumpulan data. Lembar observasi dipergunakan dalam menilai sesuatu dengan mengamati objek/subjek penelitian secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamat dapat melihat dan mengamati sendiri, selanjutnya ia akan mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Menurut Moleong (2005: 176) pengamatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan berperan serta (partisipatif) dan tidak berperanserta (non partisipatif). Dalam pengamatan yang tidak berperan serta, seseorang hanya melakukan satu fungsi yaitu mengamati tetapi pada pengamatan berperan serta seseorang disamping mengamati juga menjadi anggota dari obyek yang diamati. Pengamatan dapat pula dibagi atas pengamatan terbuka dan tertutup. Terbuka jika obyek yang diamati mengetahui bahwa mereka sedang diamati dan sebaliknya. Selain itu pengamatan juga dibagi pada latar alamiah (pengamatan tak terstruktur) dan latar buatan (pengamatan terstruktur). Pengamatan ini biasanya dapat dilakukan pada eksperimen. Dalam pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan itu telah diatur sebelumnya. Isi, maksud, objek yang diamati, kerangka kerja, dan lain-lain, telah ditetapkan sebelum kegiatan pengamatan dilaksanakan. Oleh sebab itu, kegiatan pencatatan hanya dilakukan terhadap data-data yang sesuai dengan cakupan bidang kebutuhan seperti yang telah ditetapkan sejak semula. Lain halnya dengan pengamatan tak berstrukur, dalam melakukan pengamatannya, si pengamat tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setiap data yang muncul yang dianggap relevan dengan tujuan pengamatannya langsung dicatat. Dengan demikian, data yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Perilaku siswa dalam keadaan seperti itu bersifat wajar, apa adanya dan tidak dibuat-buat. Pedoman observasi berisi butir-butir umum kegiatan yang bisa juga dikembangkan dalam bentuk skala nilai.

Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data penelitian yang memakai instrumen non tes dalam bentuk pedoman wawancara. Pedoman wawancara dipakai sebagai acuan agar didapatkan data/informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Disebut sepihak sebab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti pada saat wawancara itu cuma berasal dari pihak pewawancara saja, sementara responden hanya sebagai penjawab pertanyaan. Menurut Lincoln dan Guba (1985: 266), tujuan wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya.

Angket (Kuisioner)

Bentuk lain instrumen non tes yang dapat digunakan dalam penelitian pendidikan adalah kuisioner (angket). Secara umum, ada dua jenis kuesioner yaitu kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah disediakan alternatif jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai dengan keadaan dirinya. Sedangkan kuesioner terbuka adalah kuesioner yang jawabannya belum disediakan sehingga responden bebas menuliskan apa yang dia rasakan. Satu hal yang menjadi ciri utama kuesioner adalah dalam kuesioner tidak ada jawaban benar atau salah. Ada beberapa alasan kenapa kuesioner sering dipergunakan orang dalam mengumpulkan informasi tertentu yaitu : (1) butir-butir kuesioner dapat diberikan kepada responden secara serentak sehingga lebih efektif, (2) butir-butir dalam kuesioner lebih menjamin keseragaman baik perumusan kata, isi maupun urutannya serta kuesioner lebih memudahkan dalam memberikan jawaban, (3) kuesioner memudahkan sumber data dalam memberikan jawaban serta kepraktisan serta relative lebih murah dibandingkan metode nontes yang lain. Penggunaan angket merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung. Bentuk pertanyaan dapat bersifat terbuka, terstruktur, atau tertutup. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket antara lain: kembangkan petunjuk pengisian/pengantar yang di dalamnya berisi maksud, jaminan kerahasiaan jawaban, dan ucapan terima kasih serta butir pertanyaan dirumuskan secara jelas dengan menggunakan bahasa populer dan untuk pertanyaan terbuka sediakan tempat untuk menuliskan komentar responden.

Konsep Dasar Validitas Instrumen

Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dengan instrumen yang valid. Hasil penelitian yang valid berarti terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Sedangkan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi instrumen yang valid menjadi syarat mutlak untuk menghasilkan hasil penelitian yang valid. Namun demikian hal ini masih dipengaruhi oleh kondisi objek yang diteliti dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen itu.

Validitas Internal dan Validitas Eksternal

Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Suatu instrumen dikatakan yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi instrumen ini dikembangkan menurut teori yang relevan.
Instrumen yang mempunyai validitas eksternal jika kriteria dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Jadi instrumen ini dikembangkan dari fakta empiris.

Jika validitas instrumen tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan. Bahkan mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai data siap untuk dianalisis kurang bisa diperetanggungjawabka kevalidannya. Kerlinger (1973) membagi validitas menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas yang berhubungan dengan criteria, dan validitas konstruk.

Cara Melakukan Validasi Instrumen Non Tes

Validasi terhadap intrumen non tes dalam penelitian pendidikan dapat dilakukan sebagai berikut:

1.    Untuk penggunaan instrumen non tes yang bersifat menghimpun data dalam bentuk naratif atau nominal cukup dilakukan dengan validitas isi atau konstruk. 

Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya, substansinya) apakah sudah representative atau belum. Validitas isi secara mendasar merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri atau orang lain. Adapun validitas konstruk adalah suatu abstraksi dan generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep yang dibuat khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai pengertian terbatas. Konstrak itu diberi definisi sehingga dapat diamati dan diukur. Untuk melihat varliditas konstrak perlu menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini: Komponen/dimensi apa saja yang membentuk konsep tersebut? Landasan teori apa yang membangun dimensi itu? Bukti empiris apa yang memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antara komponen atau dimensinya? Untuk memperoleh validitas konstruk ini dapat dilakukan dengan analisis faktor. Dalam penelitian pendidikan, terutama terkait dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, instrumen non tes yang digunakan dapat dianggap sudah valid setidaknya apabila telah memenuhi validitas isi yang diperoleh melalui expert judgement.

2.    Untuk penggunaan instrumen non tes yang bersifat menghimpun data dalam bentuk bentuk data nominal, ordinal, interval, atau rasio, perlu validasi instrumen secara empiris melalui ujicoba (validitas empiris). 

Beberapa formula untuk mempeoleh validitas instrumen secara empiris diantaranya adalah uji keterandalan antar-rater melalui penghitungan koefisien kesepakatan antar pengamat (rater), disebut pula koefisien konkordansi. Koefisien konkordansi ini dicari dengan formula Ebel (J. P. Guilford, 1954: 395). Koefisien konkordansi bisa diterima pada taraf signifikansi 5% jika peluang kesalahannya ≤ 0,05 (yang lazim dipakai dalam penelitian sosial, penelitian pendidikan). Jika ternyata peluang kesalahannya lebih besar dari ketentuan itu, yang berarti antar pengamat tidak ada kecocokan pengamatan, maka butir yang dinilai harus digugurkan dan tidak boleh dipakai sebagai bahan analisis penelitian (Sutrisno Hadi, 1991). Dengan kata lain butir tersebut tidak valid. Selain dengan koefisien konkordansi, validitas instrumen secara empiris juga dapat dicari dengan uji kesahihan butir-total yang dikenal dengan Pearson Product Moment Correlation. Untuk menentukan kesahihan butir pada taraf signifikansi 5 % jika peluang kesalahan ≤ 0,05. Jika ternyata peluang kesalahannya lebih besar dari ketentuan itu, berarti butir instrumen yang dinilai harus tidak valid sehingga mesti digugurkan dan tidak boleh dipakai sebagai bahan mengambil data penelitian. Pengambilan jumlah responden untuk ujicoba khususnya angket sebaiknya cukup diambil responden sebanyak 30 orang yang keadaannya relatif sama dengan responden sesungguhnya (Masri Singarimbun & Sofian Effendi, 1989).

Referensi


  • Azwar, Saifuddin. (1986). Seri Pengukuran Psikologi: Reliabilitas dan Validitas Interpretasi dan Komputasi. Yogyakarta: Liberty.
  • Fernandes, H.J.X. (1984). Evaluation of Education Program. Jakarta: National Educational Planning, Evaluation and Curriculum Development.
  • Guildfold, J.P. (1954). Psychometric Methods. New York: McGraw Hill Book Company.
  • Hadi, Sutrisno. (1991). Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan Basica. Yogyakarta: Andi Offset.
  • --------------. (1995). Buku Manual SPS (seri program statistik) paket midi. Yogyakarta: UGM. 
  • Hardjodipuro, Siswoyo. (1988). Aplikasi Komputer dan Analisis Multivariat: Analisis Faktor. Jakarta: Detjen Dikti Depdikbud RI.
  • Henerson, Marlene E., et al. (1988). How to Measure cattitudes. London: Sage Publications Beverly Hills.
  • Kerlinger, F. N. (1978). Foundation of Behavioral Research (Asas- asas penelitian behavioral); Pent.: Simatupang, Landung R. & Koesoemanto, H.J. Yogyakarta: Gama University Press.
  • Shaw, Marvin. & Wrigh, Jack M. (1967). Scale for Measurement of Attitudes. London: McGraw-Hill Book Company.
  • Sumarno. (1996). Analisis Faktor: Penerapannya dalam SPSS. Handout Kuliah PPs Prodi PEP IKIP Yk. Yogyakata.

Selasa, 17 September 2013

daftar rayon penyelenggara PLPG 2013
daftar rayon penyelenggara PLPG 2013

Daftar Alamat Website Resmi LPTK Penyelenggara PLPG Sertifikasi Guru tahun 2013

Blog Penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran menerima banyak masukan dari para pembaca yang ingin mengetahui alamat-alamat situs/website resmi penyelenggara PLPG tahun 2013 untuk proses Sergur (Sertifikasi Guru). Di bawah ini disajikan nama LPTK (Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan) berikut alamat website resmi khusus untuk kegiatan sertifikasi yang mereka lakukan. Alamat-alamat tersebut dapat dimanfaatkan oleh calon peserta PLPG 2013 untuk mengecek jadwal pelaksanaan dan tempat kegiatan dilakukan serta surat pemanggilan untuk setiap tahap PLPG 2013 yang dilaksanakan. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi anda. Salam.

Daftar alamat website resmi 46 Rayon dan LPTK Penyelenggara PLPG tahun 2013


No

Rayon

Nama LPTK

Alamat Situs/Website

1

101
UNSYIAH (Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh) http://www.sertifikasiguru.unsyiah.ac.id/

2

102
UNIMED (Universitas Negeri Medan) http://sergu.unimed.ac.id/

3

103
UNIB (Universitas Bengkulu) http://www.sertifikasiguru-unib.org/

4

104
UNSRI (Universitas Sriwijaya) http://fkip.unsri.ac.id/

5

105
UNRI (Universitas Riau) http://unri.ac.id/

6

106
UNP (Universitas Negeri Padang) http://sertifikasi-guru.unp.ac.id/

7

107
UNILA (Universitas Lampung) http://fkip.unila.ac.id/jadwal-plpg/

8

108
UNJA (Universitas Jambi) http://www.rayon8-unja.com/

9

109
UNJ (Universitas Negeri Jakarta) http://asg.unj.ac.id/

10

110
UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) http://sertifikasiguru-r10.org/

11

111
UNY (Universitas Negeri Yokjakarta) http://sertifikasiguru.uny.ac.id/

12

112
UNNES (Universitas Negeri Semarang) http://portofolioguru.unnes.ac.id/asg_2010/

13

113
UNS (Universitas Sebelas Maret Surakarta) http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id/

14

114
UNESA (Universitas Negeri Surabaya) http://www.unesa.ac.id/

15

115
UM (Universitas Negeri Malang) http://psg15.um.ac.id/

16

116
UNEJ (Universitas Negeri jember) http://www.unej.ac.id/

17

117
UNLAM (Universitas Lambung Mangkurat) http://sergur17.unlam.ac.id/

18

118
UNPAR (Universitas Palangkaraya) http://upr.ac.id/

19

119
UNMUL (Universitas Mulawarman Kaltim) http://unmul.ac.id/

20

120
UNTAN (Universitas Tanjungpura Pontianak) http://www.sergurayon20.net/

21

121
UNDIKSHA (Universitas Pendidikan Ganesha) http://www.undiksha.ac.id/

22

122
UNRAM (Universitas Mataram) http://www.unram.ac.id/

23

123
UNDANA (Universitas Nusa Cendana Kupang) http://www.undana.ac.id/

24

124
UNM (Universitas Negeri Makasar) http://sertifikasiguru.unm.ac.id/

25

125
UNTAD(Universitas Tandulako Palu) http://rayon125.org/

26

126
UNHALU (Universitas Halupleo Kendari) http://www.unhalu.ac.id/

27

127
UNIMA (Universitas Negeri Manado) http://www.unima.ac.id/

28

128
UNG (Universitas Negeri Gorontalo) http://www.ung.ac.id/

29

129
UNPATTI (Universitas Patimura Ambon) http://www.unpatti.ac.id/

30

130
UNKHAIR (Universitas Khairun Maluku Utara) http://www.unkhair.ac.id/

31

131
UNCEN Universitas Cenderawasih Jayapura http://www.uncen.ac.id/

32

132
UMN ALWASHILAH

33

133
HKBP NOMMENSEN http://www.nommensen-id.org/

34

134
UNPAS (universitas Pasundan Bandung) http://www.sergur34-unpas.org/

35

135
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR http://unpak.ac.id/

36

136
UNSIL Tasikmalaya http://sergur136-unsil.org/

37

137
UHAMKA

www.rayon137.uhamka.ac.id


38

138
UNIVERSITAS SANATA DARMA http://www.usd.ac.id/

39

139
IKIP PGRI Semarang http://www.ikippgrismg.ac.id/

40

140
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO http://psgrayon140.org/

41

141
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA http://psg41.ums.ac.id/

42

142
UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA, SURABAYA http://sergur.unipasby.ac.id/

43

143
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI, KEDIRI http://rayon43.unpkediri.ac.id/

44

144
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG http://psg44.umm.ac.id/

45

145
UNIVERSITAS BORNEO, TARAKAN http://psg.borneo.ac.id/

46

146
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH  MAKASSAR http://www.fkip-unismuh.info/kategori-berita-sertifikasi-guru
Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) pada Kurikulum 2013
Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) pada Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 : Manfaat Pendekatan Tematik Terpadu

Blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran. Pada pembelajaran di SD/MI dan sederajat, Kurikulum 2013 menyarankan keutamaan penggunaan model pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu (PTP) atau pembelajaran tematik integratif. Mengapa demikian? Tentunya ada banyak manfaat yang dapat diraih oleh pembelajaran yang mengimplementasikan model pembelajaran ini. Berikut beberapa di antaranya:
  • Melalui penerapan model pembelajaran tematik terpadu (PTP) maka akan tercipta suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.

Suasana kelas memungkinkan semua orang yang ada di dalamnya (utamanya siswa dan guru) akan mempunyai perasaan bersedia menanggung resiko bersama-sama. Contohnya saja, semua orang yang ada di dalam kelas akan berusaha menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang bahkan berupa pertanyaan yang tidak semestinya atau tidak benar tanpa harus menyinggung perasaan sang penanya. Prosedur-prosedur kerja keseharian, memastikan bahwa semua jadwal dapat diprediksi, dan terdapat jaminan bahwa siswa akan merasa aman saat berada di kelas maupun  di luar kelas.  Keterampilan hidup yang dipelajari dapat dikenali, didiskusikan dan dipraktikkan oleh siswa dengan interaksi yang tepat dan dengan perasaan senang di dalam komunitasnya di ruang kelas.
  • Penerapan Pembelajaran Tematik Teerpadu (PTP) mendorong siswa untuk belajar memecahkan masalah sosial dan saling menghargai

Di dalam kehidupan mereka nanti pada saat bermasyarakat di usia dewasanya, siswa-siswa kelas rendah sangat perlu untuk menguasai berbagai keterampilan sosial. Mereka harus mampu dan mempuanyai keterampilan bekerjasama di dalam kelompoknya, melakukan kolaborasi dengan berbagai rekan kerja atau siapa saja, belajar berada di dalam kelompok, dan kemampuan memecahkan konflik di antara anggota kelompok yang selanjutnya akan mendodong mereka untuk dapat memecahkan masalah sosial di sekitarnya dengan tetap saling menghargai.
  • Lingkungan belajar yang ramah pada pendekatan pembelajaran terpadu tematik memberikan peluang sebesar-besarnya bagi siswa untuk belajar dengan lebih baik

Di dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran tematik terpadu, guru harus dapat menggunakan seoptimal mungkin semua lingkungan belajar yang ada di sekitar. Optimalisasi lingkungan belajar akan menciptakan kelas menjadi tempat yang ramah otak untuk pembelajaran. Dengan cara ini, maka guru telah memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi semua siswa untuk mengeksplorasi materi ajar secara luas dan mendalam, kemudian melibatkan mereka secara langsung dalam aktivitas belajar-mengajar.
  • Kecepatan proses pengolahan informasioleh siswa melalui pembelajaran tematik terpadu

Siswa, melalui pendekatan pembelajaran tematik terpadu akan membuat mereka secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi yang disediakan. Proses pengolahan informasi oleh siswa ini tentu tidak hanya dalam hal kuantitas, tetapi yang penting juga adalah kualitasnya. Melalui pendekatan tematik terpadu dapat membantu siswa dalam mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu mereka agar siap mengembangkan pengetahuannya.
  • Aplikasi materi pembelajaran langsung dalam konteks kehidupan sehari-hari (real life situation)

Beberapa waktu yang lalu santer dibicarakan tentang pembelajaran di kelas yang harus berangkat dari masalah nyata dari kehidupan sehari-hari siswa (real life situation) atau kontekstual. Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang sangat bersesuaian dengan prinsip kontekstualitas pembelajaran di kelas ini. Pada model pembelajaran tematik terpadu, materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru seharusnya akan dapat diaplikasikan langsung oleh siswa dalam konteks kehidupannya sehari-hari.
  • Model pembelajaran tematik terpadu menganut prinsip mastery learning (belajar tuntas)

Di kelas siapapun guru pasti maklum betul bahwa kecepatan belajar siswa sangatlah variatif dan beragam. Hal ini harus diakomodasi oleh guru sehingga semua siswanya memperoleh kesempatan untuk menguasai materi ajar. Dalam model pembelajaran tematik terpadu, siswa-siswa yang relatif mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan program belajar dimungkinkan untuk mengejar ketertinggalanya dengan dibantu oleh guru melalui pemberian bimbingan khusus dan penerapan prinsip belajar tuntas. Selanjutnya, dengan program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.

Baca Tulisan sebelumnya tentang Pembelajaran Tematik Terpadu di SD

Senin, 16 September 2013

model pembelajaran tematik terpadu
model pembelajaran tematik terpadu
Blog Penelitian Tindakan Kelas dan Model-Model Pembelajaran. Kurikulum 2013 telah mulai diimplementasikan di beberapa sekolah sasaran atau sekolah-sekolah yang menyatakan kesiapan untuk melaksanakannya atas komitmen sendiri. Di jenjang Sekolah Dasar (SD/MI), proses pembelajaran menggunakan pendekatan tematik. 

Apakah Model Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) itu?

Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan mula-mula di awal tahun 1970-an.  Akhir-akhir ini Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dianggap sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model). Keefektifan model pembelajaran tematik terpadu dapat dilihat dari kemampuannya dalam mewadahi serta menyentuh secara terpadu ranah-ranah emosi (emotional), fisik (physical), dan akademik (academic) di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. 

Secara empirik, Model PTP ini juga telah dibuktikan mampu dan sukses untuk memicu akselerasi dan menaikkan kapasitas daya ingat (memori) peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk jangka waktu yang lebih panjang.

Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dan Pembelajaran Tematik Terintegrasi

Model pembelajaran tematik terpadu yang sangat disarankan penggunaannya di sekolah dasar atau sederajat ini juga dikenal dengan nama pembelajaran tematik terintegrasi (integrated thematic instruction, ITI). Pada mulanya model pembelajaran tematik terintegrasi dikonseptualisasikan pada tahun 1970-an.  Pendekatan pembelajaran tematik integratif ini sebelumnya telah dikembangkan khusus untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.

Premis utama PTP (Model Pembelajaran Tematik Terpadu) adalah bahwa siswa membutuhkan kesempatan-kesempatan tambahan (additional opportunities) agar dapat memanfaatkan bakat dan talentanya, menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.  Di lain pihak, model PTP cocok untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan kualitatif terkait lingkungan belajar yang ada di sekitar siswa.  Model PTP bila diimplementasikan pada siswa sekolah dasar (SD/MI) maka diharapkan akan dapat memberikan inspirasi kepada peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar.

Secara kualitatif terdapat perbedaan antara model pembelajaran tematik terpadu bila dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan memandu siswa agar dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Elemen-elemen Terkait dalam PTP (Model Pembelajaran Tematik Terpadu)

Implemementasi model pembelajaran ini (PTP) akan menuntut kemampuan guru untuk dapat mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Setiap guru yang menerapkan model pembelajaran ini harus terlebih dahulu memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas saat bersama siswa. Dengan demikian diharapkan Model PTP ini akan bersifat ramah otak (mudah memberikan pemahaman kepada siswa), di mana untuk itu guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran.

10 Elemen yang Harus Dilakukan Guru dalam Implementasi Model Pembelajaran Tematik Terpadu pada Kurikulum 2013

Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru agar pembelajaran yang dilakukannya di kelas dapat sukses dan maksimal memanfaatkan potensi-potensi yang ada, yaitu:
  1. Guru harus mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.
  2. Guru semestinya memperkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan melalui berbagai aktivitas di kelasnya.
  3. Penyajian isi atau substansi pembelajaran oleh guru haruslah dalam bentuk yang bermakna bagi siswa.
  4. Lingkungan pembelajaran dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memperkaya pembelajaran yang dilaksanakan.
  5. Guru senantiasa bergerak untuk memacu terjadi proses pembelajaran yang efektif (Movement to Enhance Learning).
  6. Guru harus membuka pilihan-pilihan pembelajaran yang mungkin bagi seluruh siswa di kelasnya.
  7. Karena sumberdaya waktu adalah hal yang sangat terbatas di dalam kelas, maka optimasi waktu secara tepat sangat diperlukan.
  8. Guru harus melakukan kolaborasi dengan semua pihak yang mungkin untuk menjadikan pembelajaran yang lebih efektif.
  9. Adalah hal yang harus dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, di mana setiap hal diberikan umpan balik yang segera.
  10. Ketuntasan atau aplikasi menjadi aspek penting dalam pembelajaran tematik terpadu.

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!